De'Ranch Lembang Bandung

Wisata Berkuda Ala Cowboy



De Ranch merupakan salah satu tempat wisata di Lembang yang terkenal dengan keunikannya. Apa yang membuatnya unik?

De Ranch menawarkan suasana yang berbeda dari tempat wisata pada umumnya, De Ranch menawarkan suasana peternakan kuda ala koboi Amerika yang sulit ditemukan di tempat lain di Indonesia dan hanya di Bandung lah satu satu nya tempat wisata unik ini. Dengan udara yang sejuk, lahan yang hijau dan luas, aneka permainan menyenangkan, makanan enak, pusat oleh-oleh, dan fasilitas lengkap De Ranch sangat cocok untuk wisata keluarga, terutama yang mempunyai anak kecil.

De Ranch Lembang menyediakan tempat aktifitas yang menyenangkan bagi keluarga berlokasi di Jalan Maribaya No. 17, Lembang, Bandung, kurang lebih 200 meter dari pertigaan pasar Lembang. De Ranch sering kali ramai dikunjungi wisatawan dari Jakarta, Bandung, dan sekitarnya terutama pada akhir pekan sehingga tidak perlu heran jika anda melihat antrian masuk yang panjang. Namun walau ramai, tidak perlu kuatir kesulitan mendapatkan tempat parkir kendaraan karena halaman parkir yang tersedia cukup luas untuk menampung seluruh kendaraan pengunjung.

Berbagai Aktifitas dan Permainan Yang Ada Di De'Ranch Lembang diantaranya :

1. Delman – Rp. 30.000/ putaran/ 3 orang
2. Triker – Rp. 25.000/ 15 menit/ orang
3. Kuda Tunggang – Rp. 25.000/ putaran/ orang
4. Kuda Poni – Rp. 25.000/2x putaran lap poni/anak
5. The Gold Hunter – Rp. 20.000/ 15 menit/ orang
6. Fun Boat – Rp. 20.000/ 15 menit/ orang
7. Kolam Pancing – Rp. 20.000/ 30 menit/ orang
8. Flying Fox – Rp. 20.000/ 1x luncur/ orang
9. Balon Air – Rp. 20.000/ 5 menit/ orang
10. Sepeda Track – Rp. 20.000/ 15 menit/ orang
11. Sepeda Balita – Rp. 20.000/ 30 menit/ anak
12. Loncat Anak – Rp. 20.000/ 15 menit/ anak
13. Mancing Balita / Tangkap Ikan – Rp. 20.000/ 15 menit/ anak
14. Trampolin – Rp. 20.000/ 5 menit/ orang
15. Panahan (Archery) – Rp. 20.000/ 10 anak panah/ orang
16. Kolam Indian Totem Web – Rp. 20.000/ 15 menit/ orang
17. Pony Kidz – Rp. 20.000/ 15 menit/ anak
18. Kidtrik – Rp. 20.000/ 15 menit/ anak
19. Kuda Ayun – Rp. 20.000/ 3 menit/ orang
20. Peti Luncur – Rp. 15.000/ 2x luncur/ anak
21. Delman Luar (keliling seputar Lembang) Rp. 40.000/ 3 orang
22. Riding out (menunggang kuda ke luar lokasi De’Ranch)
23. Rp. 200.000/ 60 menit/ orang (minimal 2 orang)

Foto - Foto Permainan yang ada di De'Ranch Lembang 

   

   

   

Selain Wahana Permainan ada juga berbagai Fasilitas lain 

1. Factory outlet yang menyediakan kerajinan khas De Ranch, oleh-oleh, dan juga pakaian bergaya koboi.
2. Restoran yang menyediakan berbagai jenis makanan dan minuman, menu yang paling terkenal adalah sosis bakar khas De Ranch
3. Pasar tanaman yang menyediakan berbagai jenis tanaman hias
4. Toko oleh-oleh dan jajanan khas Lembang
5. Kursus menunggang kuda
6. Kursus merawat kuda
7. Kursus kusir kereta kuda
8. Kursus memasak kue khas De Ranch
9. Kursus memerah sapi

Read More

Kampung Wisata Di Bandung

Kampung Wisata Kreatif Dago Pojok: Destinasi Wisata Seni Sunda di Tengah Kota 



Bandung ga cuma ada wisata belanja dan wisata kuliner aja loh, di beberapa sudut Kota Bandung juga terdapat wisata edukasi dan kesenian Kota Bandung yang belum dikenal luas di kalangan masyarakat baik di dalam maupun luar Kota Bandung.

Saung Udjo contohnya, Wisata edukasi dan kesenian yang satu ini sudah ada sejak lama dan terletak di sudut timur Kota Bandung, tepatnya di Jl. Padasuka, selain itu ada wisata edukasi ulat sutera yang terletak di Arcamanik. Jl. Ir. H. Juanda atau yang biasa disebut Dago sudah pasti terkenal dengan wisata belanja dan kulinernya, padahal ada juga loh wisata kesenian di daerah Dago Pojok, namanya “Kampung Wisata Kreatif Dago Pojok”

Kampung Wisata Kreatif Dago Pojok yang terletak di Jl. Dago Pojok Kelurahan Dago Kecamatan Coblong Kota Bandung ini digagas oleh Rahmat Jabaril, salah satu warga setempat yang peduli akan lingkungan tempat tinggalnya. Dengan bantuan Pemkot Bandung dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung, akhirnya Kampung Wisata Kreatif Dago Pojok dapat dikenal secara perlahan dan menjadi salah satu destinasi wisata kesenian bagi para wisatawan.



Beberapa wisatawan dari dalam dan luar negeri sangat tertarik dengan program – program yang diadakan oleh Kampung Wisata Kreatif Dago Pojok, bahkan terkadang mereka datang berkunjung untuk mengikuti workshop, ikut berpartisipasi melukis mural dan melihat pertunjukkan seni seperti Tari Jaipong, kesenia Calung, melihat proses pembuatan wayang, pembuatan alat music bambu, pembuatan kertas tradisional dari pohon Saeh, atraksi pencak silat, melihat permainan anak kecil jaman dahulu, serta keterampilan lainnya.

Apabila kita terus berjalan mengikuti gang besar, kita akan sampai di sebuah sungai, yang tak lain adalah Sungai Cikapundung. Sepanjang perjalanan ke situ, kita pun akan disuguhi pemandangan lukisan-lukisan dinding (mural) dan juga dinding rumah yang berwarna-warni. Namun di sebelah kirinya, kita bisa melihat hamparan sawah yang cukup luas dan juga pemandangan hijau yang indah. Di dekat sungai itu, kita bisa berkunjung ke sebuah air terjun yang cukup terkenal yakni Curug Dago.

Read More

Rekomendasi Libur Lebaran Di Kota Bandung

Liburan Di Bandung memang sangat seru dan asyik apalagi jika bersama keluarga. Liburan memang sering dijadikan sebagai cara agar anggota keluarga menjadi lebih dekat. Inilah sebabnya mengapa banyak keluarga yang melakukan wisata sekeluarga setelah melakukan rutinitas yang padat sehari-hari dan juga Lebaran kali ini tentunya.Lalu, tempat wisata mana saja yang cocok untuk menjadi tempat liburan di Bandung bersama keluarga?

Berikut Beberapa tempat wisata keluarga yang cocok untuk anggota keluarga Saat Libur Lebaran nanti :

1 .Kawah Putih Ciwidey



Kawah putih merupakan tempat wisata di bandung yang sudah populer dan menjadi tujuan wisata dari banyak sekali pengunjung. Kawah putih merupakan objek wisata dengan kategori keindahan alam yang mempunyai pesona tersendiri sehingga mampu menarik banyak sekali wisatawan untuk berkunjung ke wisata Bandung yang satu ini dengan pesona kawah dan pemandangan indah cocok untuk liburan keluarga .

2 .Gunung Tangkuban Perahu



Masih dalam kategori wisata alam di Bandung, Gunung Tangkuban Perahu sudah sangat terkenal sekali karena legendanya. Saya yakin pasti sudah banyak yang pernah mendengar ataupun membaca tentang Gunung ini. Selain itu Gunung Tangkuban Perahu juga menjadi salah satu tempat wisata di Bandung yang favorit dan banyak diminati oleh wisatawan.

3 .Trans Studio Bandung



Trans Studio Bandung merupakan wahana wisata di dalam ruangan yang terbesar di Indonesia, bahkan beberapa sumber juga ada yang mengatakan bahwa Trans Studio Bandung juga menjadi wahana wisata dalam ruangan yang terbesar di Asia. Menarik sekali bukan? Disini Anda dapat menemukan banyak sekali tempat untuk bermain. Tempat wisata di Bandung yang sangat menarik dan populer, cobalah untuk datang kesini jika Anda sedang liburan ke kota Bandung.

4 .De'Ranch Lembang



Wisata Ala Cowboy ya di De’Ranch Lembang yang merupakan salah satu tempat wisata di Bandung yang populer dan menjadi pilihan dari berbagai kalangan wisatawan yang ingin berkunjung ke Bandung, Pasti menarik sekali, disini Anda dapat berpakaian ala Cowboy dan seolah-olah menajadi seorang Cowboy dengan sensai menunggangi kuda mengelilingi Pemandangan yang indah

5 .Kampung Gajah Wonderland



Sebagai salah satu tempat wisata di Bandung yang memiliki pedoman one stop recreation, Kampung Gajah ini bisa dikatakan cukup lengkap. Untuk Anda pecinta kuliner, disini juga terdapat empat macam restoran yang menghidangkan makanan khas Jepang, Western, Asia dan juga Indonesia. Disini juga tersedia Factory outlet untuk Anda pecinta Fashion Di sini anda juga bisa berbelanja sambil menikmati wahana di sana

6 .Saung Angklung Udjo



Ini adalah sebuah tempat untuk pertunjukan, dan juga merupakan pusat kerajinan tangan yang terbuat dari bahan bambu, serta workshop berbagai instrumen musik yang berasal dari bambu. Selain itu, Saung Angklung Udjo juga mempunyai tujuan untuk menjadi sebuah laboratorium pendidikan dan juga menjadi pusat untuk belajar memelihara kebudayaan khas Sunda, khususnya adalah angklung. Salah satu tempat wisata di Bandung yang patut untuk dilestarikan dan banyak pula wisatawan yang berminat untuk liburan kesini.


Itulah Beberapa Rekomendasi Liburan di Bandung semoga bermanfaat bagi anda yang ingin berlibur bersama keluarga Di Kota Bandung ...

Happy Holiday Lads ... Keep Enjoy and See You In Bandung

Read More

Bandung City

Bandung is the capital city of West Java, and the third largest city in Indonesia after Jakarta and Surabaya. Nicknamed Parijs van Java (Paris of Java) by the Dutch for its resemblance to Paris and European atmosphere back in colonial times, Bandung also earned another nickname as Kota Kembang, literally meaning the Flower City since Bandung used to have a lot of flowers.
Located at the altitude of 768m and surrounded by the lush and beautiful Parahyangan mountains makes the climate mild and pleasant. The city has been well known for its universities, aclothing and a great place for gastronomic adventure. Nowadays, Bandung has become a very popular weekend escape for Jakartans, who would crowd the city on weekends and national holidays.

History
Although the oldest written reference to the city dates back to 1488, there were numerous archaeological finds of Australopithecus (Java Man) that lived on the banks of Cikapundung river and the shores of Bandung's Great Lake.
In the 17th-18th century, the Dutch East Indies Company (VOC) created small plantations in Bandung, with a road to Batavia (today's Jakarta) completed in 1786. In 1809, Louis Bonaparte, the ruler of the Netherlands and its colonies, ordered the Dutch Indies Governor H.W. Daendels to improve Java's defences against the threat of the British, who occupied the nearby Malay peninsula. Daendels responded by building the Great Post Road (De Groote Postweg) that stretched about 1000km between the west and the east coasts of Java. Because the north coast had impassable swamps and marshes at the time, the road was diverted through Bandung along what is now Jalan Asia-Afrika.
Daendels liked Bandung's strategic location so much that he ordered the capital to be moved there. Military barracks were built and Bupati Wiranatakusumah II, the chief administrator of that area, built his dalem (palace), Masjid Agung (the grand mosque) and pendopo (meeting place) in the classical Javan alun-alun (city square) near a pair of holy city wells (Sumur Bandung) and facing the mystical mountain of Tangkuban Perahu.
Powered by its cinchona (for malaria drug quinine), tea, and coffee plantations, Bandung prospered and developed into an exclusive European style resort with hotels, cafes, and shops. Many of Bandung landmarks, including the Preanger and Savoy Homann hotels, as well as the shopping street of Jalan Braga, are still available today. The Concordia Society building, now Gedung Merdeka, was built with a large ball room as a club for rich Europeans to spend their weekends.


Pasopati bridge flyover, a new landmark of Bandung.
In 1880, the first major railroad between Jakarta to Bandung opened, boosting small industries and bringing in Chinese workers. The first of Bandung universities, the Technische Hogeschool (TH) was established on July 3rd, 1920. One of the its alumni members is President Soekarno himself. That university is now known as the Institut Teknologi Bandung (ITB)
In 1942, after Japanese soldiers landed in coastal areas of Java, the Dutch retreated from Jakarta to Bandung, but were driven out from there as well and surrendered soon after. After the end of the war, first the British and later the Dutch came back trying to reestablish the pre-war colonial situation, but on 24 March 1946, during the struggle for Indonesian independence, the city of Bandung was burned down by retreating forces of the TRI, because they would not comply with the order given by the British forces to move out of Bandung to the south (Bandung Sea of Fire/Bandung Lautan Api). For the TRI this act was a sign of refusal to surrender. Over 200,000 people fled the city during the incident.
In 1955, the Asia Africa Conference (Konferensi Asia Afrika) was held in Bandung, paving the way for the creation of the Non-Aligned Movement in 1961. The Indonesian parliament was located in Bandung from 1955 to 1966, but was moved back to Jakarta in 1966.

Orientation
Today's Bandung is a sprawling city of 2.7 million people and suffers from many of the same problems as other Indonesian cities. Traffic is congested, old buildings have been torn down, and once idyllic residences have turned into business premises.
Jalan Asia-Afrika, the former Grote Postweg, still remains as one of Bandung's main thoroughfares and connects together the alun-alun (city square) with many of the city's colonial landmarks.
Please refer to the district map of Bandung: the most important district for tourist majority are located in north of Bandung. The easiest landmark for your orientation is the north/south border by the railway and or the new Pasupati elevated road. Once you identify whether you are located north or south of Bandung, identify the area immediately, the landmark will be the major road in the intended district/area and the major building / tourist attraction on that road. Discuss using compass direction (north/east/west/south) of that major building / major road. Since Bandung is not organized in blocks, this is the way local organize themselves and is a very effective way to discuss way to go with local.
Road in bahasa Indonesia is translated into Jalan and abbreviated into Jl.; this applies to all kind of road from small road to major road. You will see a lot of Jl. in front of the road name in this guide. Very small road that cannot by passed by car is called Gang and abbreviated into Gg.

Read More

Kampung Naga

   Kampung Naga is a Hamlet located in the area of Neglasari Village, Salawu District, Tasikmalay Regency, West Java Province, Indonesia  Kampung Naga is a village which is inhabited by a community in a very strong tradition of holding the remainder ancestors. The differences are visible when compared with other communities outside Kampung Naga. The community are living in the framework of an atmosphere in a traditional simplicity and environmental wisdom.

          Kampung Naga is located not far from the main road that connects with the city of Garut Tasik. Villages are located in a fertile valley, with the boundaries, in the West Village by Naga forest. The forest is sacred because it is located in the ancestral cemetery. In the south is the rice fields, and in the north and east are surrounded by river Ciwulan, which the source of water comes from Mount Cikuray in Garut. The distance from the town of Tasikmalaya to Kampung Naga is approximately 30 kilometers, while the distance from the city of Garut is 26 kilometers. To reach Kampung Naga from Garut, Tasikmalaya, people must climb down the ladder in the wall (Sunda: sengked) to the bank of the river Ciwulan with the slope about 45 degrees with a distance of approximately 500 meters. Then through the paths into Kampung Naga. The settlement is easier to visit than the most ancient Sundanese village in Baduy According to the data from Neglasari village, the surface soil of Kampung Naga Hill with those used for land productivity can be fertile. Area of land in Kampung Naga is one of half a hectare, mostly used for housing, yards, ponds, and the rest is used for agriculture rice harvested twice a year.

            The preservation of the village has been supported by national government beginning during the Suharto presidency, and it has been described as part of the "public face of regulation in Suharto's Indonesia".The government provided concrete steps which connected the village to the outside world and battery powered radios as gifts for the village; tour guides were government-trained and reiterated the Naga people's desire for: self-sufficiency; the continuation of their traditions; and their desire to be model citizens

Read More

Dufan One Day Tour

Read More